Minggu, 31 Januari 2016

Ibu, Engkau Luar Biasa

Ahad, 31 Januari 2016, aku libur kerja.
Dan dipastikan agenda pagi hari adalah pergi kepasar dan masak.
Haha, iya ceritanya lagi belajar jadi ibu rumah tangga.
Udah 20 hari ini lagi mendapat mandat dari emak tercinta untuk mengurus kebutuhan makan orang rumah, xixixi (Ini lebay ~)

Tangal 11 Januari 2016 kemarin, ibu habis operasi katarak.
Jadi beliau memang harus full istirahat.
Nggak boleh mengangkat sesuatu yang berat-berat, nggak boleh kena debu, nggak boleh jongkok, nggak boleh kena asap, nggak boleh kena air, dan segala hal yang bisa membahayakan mata beliau.
Alhasil selama 1 bulan full ibu nggak boleh masak dan melakukan kegiatan rumah tangga yang berat-berat.

Dan aku sebagai anak satu-satunya yang masih tersisa (?) di rumah, maka harus menggambil alih tugas beliau.
Haha, asli ini aku terlalu berlebihan.
Tugas apa coba, aku juga paling bisanya bantu masak, jemur baju, sama nyapu pas pagi hari sebelum berangkat kerja.
Sisanya? lia yang bantu urus, hihi

MasyaAllah, beneran nih, baru kali ini aku ngerasain kalo tugas seorang ibu memang luar biasa ya.
Bangun pagi, langsung ngurusin kerjaan rumah, masak air, masak nasi, cuci baju dll.
Ini kali pertama aku harus ngurus semua kerjaan rumah.
Iya, karna selama ini aku ya cuma bantu-bantu aja, hehe
MasyaAllah, ibu memang keren luar biasaaaaa..
Kerjaan ibu seakan nggak terlihat kan?
Padahal lelahnya teramat sangat ya, dari bangun tidur sampai tidur lagi, kerjaan seorang ibu nggak ada habisnya.

Aku salut seriusan, sama seorang istri yang sanggup ngurus rumah tangga, ngurus suami, ngurus anak dan juga bekerja.
Keren, kalo semua itu bisa tercover semua.
Yaaa, karna hampir tak mungkin ya.
Kalo kerjaan rumah beres saat seorang istri juga berkeja diluar rumah.
Karna tanggung jawab di rumah aja udah sangat luar biasa.
Mengurus suami, merawat dan mendidik anak, mengurus rumah, keren banget kalo masih bisa sambil kerja di luar rumah, hehe
MasyaAllah, memang bener ya, seorang istri memang baiknya di rumah aja.
Mengurus suami, anak dan rumah.
Karna itu aja tanggung jawabnya udah luar biasa.

Aku nih, aku ya, yang baru juga seberapa sih kerjaan rumah yang bisa kepegang, udah merasa kewalahan banget karna harus terburu waktu untuk kerja.
MasyaAllah, pagi hari tuh baru membuka mata saat subuh udah berasa lagi berlomba apaan gitu, harus cepet, ini itu harus kelar cepet, itu aja masih sering telat berangkat kerjanya, haha
Apalagi kalo udah punya suami dan anak, yang semua kerjaan itu full dikerjain sendiri.
MasyaAllah, nggak kebayang kalo aku juga harus kerja di luar rumah saat udah bersuami dan punya anak kelak ya.
Lelah hayati bang, hahaha 


Eh iya, aku punya pengalaman baru juga nih.
Sekarang aku jadi sering kepasar, haha
Pasar sih depan rumah persis ya, tapi aku sebelumnya amat sangat jarang pergi ke pasar.
Ya kalo ke pasar paling cuma beli apaan doang, nggak pernah belanja sayur, bumbu dan segala macemnya.
Daaaann, setelah sering kepasar, terkuak lah kalo aku ini orang yang paling nggak bisa nawar, haha




Asli, quotes yang ada di gambar itu sama sekali nggak berlaku buat aku.
Aku nggak tegaaaaaa kalo harus nawar, haha










Padahal sih kata emak aku sering ketipu kalo beli sesuatu.
Yang harusnya harga sekian, eh aku bayarnya lebih mahal.







Haha, ya habisnya mau gimana coba.
Seriusan deh, aku nggak tega kalo harus nawar.
Ya kali, untung juga cuma 500 sampe sekian ribu perak, masa iya harus nawar segala.
Kan kasihan ya, mereka berdagang kan tujuannya biar dapet untung, masa ditawar sampe militan gitu.
Yaaah, aku nggak suka nawar memang, jadi buat suamiku kelak harap maklum ya dengan sikap dermawan (?) ku yang mungkin kurang tepat, haha

Oke, intinya ~

Ibuuuuuuu, engkau sungguh luar biasaaa..
InsyaAllah balasan untukmu adalah surga, aamiin








@wiwi_khaylila
Read More

Jumat, 08 Januari 2016

Berprasangka Baik



Siapa yang pernah melihat atau bahkan merasakan ketidakadilan?
Siapaaaa?
Haha, iyaaa.. nggak usah teriak dan angkat tangan sampai segitunya jugaa..
Samaaaa, aku juga pernaaaahh..
Wajar si memang, di dunia ini banyak banget yang namanya ketidakadilan.
Yaaaa,, mau gimana ya, memang gitu adanya ~

Merasa tidak dihargai atasan?
Merasa selalu disalahkan atasan?
Merasa tidak pernah benar dimata atasan? (ini sama kaya poin 2 yak, haha)
Dan merasa-merasa hal lain yang nggak enak dan bikin sakit hati?
Tenang tenang, banyak temennya, termasuk aku juga #eh, haha

Menjadi atasan atau pemimpin memang bukan hal yang mudah ya.
Memimpin diri sendiri aja sering nggak adil, apalagi memimpin orang lain atau  menjadi atasan orang lain.
Menjadi orang yang dibenci bawahan, tidak disukai banyak orang, menjadi suatu keniscayaan bagi seorang pemimpin.
Pemimpin yang baik aja pasti ada orang yang nggak suka, apalagi menjadi pemimpin yang nggak baik ya.

Hari ini aku belajar satu hal dari temen dan atasanku.
Bahwa sebagai seorang pemimpin nggak baik ya kalo menuduh suatu hal tanpa dia melihat secara langsung.
Mengambil kesimpulan berdasarkan prasangka.
Menuduh dan membandingkan ini itu tanpa kroscek terlebih dahulu keadaan yang terjadi dilapangan.
Bukan mau membela temen, tapi untuk kasus ini, insyaAllah aku tau keadaan dan kondisi temenku itu, hehe

Yaaah, betapa pentingnya kita bertanya atau konfirmasi terlebih dahulu sebelum mengambil kesimpulan.
Bukan cuma berlaku bagi pemimpin aja sih, bagi kita semua, bagi siapa saja, bagi orang dalam lingkungan dan keadaan apapun, memang berprasangka itu suatu hal yang nggak baik kan ya?
Apa lagi kalo prasangka itu diutarakan sama orang, dan ternyata orang tersebut tidak melakukan hal itu.
Nah, kan jadi bikin sakit hati deh ujungnya.. 

Astaghfirullah, jangan-jangan aku sering berprasangka juga ya Rabb.
Sering secara nggak sadar mengambil kesimpulan tanpa kroscek terlebih dahulu?
Sering mikir yang buruk tentang orang lain?
Ampuni hamba ya Rabb atas segala khilaf yang mungkin nggak hamba sadari.

Padahal kan harusnya kita beri udzur sama saudara kita ya.
Jangan apa-apa ambil kesimpulan yang jelek-jelek.

Ja'far bin Muhammad Rahimahullah berkata :
Apabila sampai dari saudaramu sesuatu yang kamu ingkari, maka berilah ia udzur sampai 70 udzur. Bila kamu tidak mendapatkan udzur, maka katakanlah, "Barangkali ia mempunyai udzur yang aku tidak ketahui."
(HR. Baihaqi dalam Syu'abul Iman)

Nah tuh, 70 udzur loh, kita eh aku maksudnya, cuma baru mengemukaan 2-3 kemungkinan aja langsung menyimpulkan yang tidak baik, hihi *malu*
Padahal kita mungkin nggak lebih mulia dari orang di sebelah kita, jadi merasa kecil ya.
Ya Rabb, mungkin secara nggak disengaja, selama aku kerja, sering membuat orang tidak nyaman, membuat orang sakit hati, dan hal buruk lainnya yang aku lakukan.
Ampuni ya Rabb..
70 udzur ya wi, ingat ituuuu ~






@wiwi_khaylila














Read More


Diberdayakan oleh Blogger.

© wiwi's blog, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena | Modify by Wiwi Khaylila